Tata Kelola Global yang Tangguh: Memelihara Kebijakan Pembangunan yang Setara, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan Ekonomi Sektor Publik di Tengah Ketidakpastian.

Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2024, Politeknik STIA LAN Jakarta bekerjasama dengan Indonesian Association for Public Administration (IAPA) dan the Asian Association for Public Administration (AAPA) menyelenggarakan konferensi internasional The theme of the 5th ICoGPASS is Resilient Global Governance: Nurturing Equal Development Policy, Human Resources Management, and Public Sector Economics Amidst Uncertainties yang diselenggarakan sebagai wujud keseriusan Politeknik STIA LAN Jakarta dalam mempersiapkan strategi Tata Kelola Global yang tangguh di tengah ketidakpastian.

Kegiatan konferensi internasional dibuka dengan penekanan dari Prof. Dr. Agus Pramusinto, the President of Indonesian Association for Public Administration (IAPA) and the Asian Association for Public Administration (AAPA) yang mengapresiasi dan berharap diskusi ini bermanfaat bagi masa depan Indonesia melalui pemikiran-pemikiran cerdas dan benchmarking best practices.

Kemudian pembicara selanjutnya, Keynote Speakers Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH., MH, Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Publik Lembaga Administrasi Negara, menyatakan keselarasan inisiatif ini dengan misi dan pekerjaan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Beliau menyampaikan bahwa saat ini kita menghadapi dunia yang terus berubah – menghadapi tantangan mulai dari perubahan iklim hingga ketidakstabilan ekonomi, mulai dari gangguan teknologi hingga ketegangan geopolitik – sehingga administrasi publik yang kuat dan adaptif menjadi semakin penting.

“Mari kita mulai dengan mengkaji konsep ketahanan dalam tata kelola global, sebuah bidang di mana LAN menjadi yang terdepan. Ketahanan bukan hanya tentang ketahanan terhadap guncangan; ini tentang beradaptasi, berkembang, dan menjadi lebih kuat dari krisis. Peran LAN dalam memupuk ketahanan ini melalui pendidikan, penelitian, dan pemberian nasihat kebijakan sangatlah penting. Kami sedang membangun fondasi untuk sistem tata kelola yang lebih mudah beradaptasi dan responsif”, ujar Tri Widodo.

Sebagai upaya menambah khasanah keilmuan dan pembelajaran dari negara lain, ICoGPASS 5 mendatangkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Adapun Keynote Speakers yang memberikan materi dalam forum ini yaitu Prof. Myeong, Seunghwan (Inha University), Profesor Changhoon Jung, Ph.D. Department of Public Administration/Smart Governance and Policy Inha University, Prof. Dr. Rafael Wittek dari University of Groningen, Battogtokh Javzandolgor (Ph.D ) (Mongolia), dan Prof. Dr. Nurliah Nurdin, MA. (Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta – Indonesia).

Narasumber pertama, Myeong, Seunghwan (Inha University) membawakan tema “Smart Governance and Anti-Corruption” yang mengawali dengan menjelaskan Visi Korea tentang E-Government : Pemerintahan yang Efisien dan Efisien, Pemerintahan yang Inovatif, Pemerintahan yang Bersih dan Terbuka dan Pemerintahan yang Inklusif.
Prof Myeong menhelaskan mengenai inisiatif anti korupsi yang diterapkan di Korea Selatan melalui e-government yang berbasis open data pemerintah terhadap masyarakat, sehingga semua bisa melihat dan tidak bisa korupsi. Ada juga sistem e-people dimana sebagai online portal untuk pengaduan/pengajuan/kebijakan, juga sebagai sarana diskusi yang terhubung dengan seluruh instansi pemerintah.

“Sistem e-people memenangkan UN prize dan sudah diaopsi juga oleh south Africa untuk mengurangi korupsi di suatu negara. Namun masalah yang juga muncul adalah overmonitoring, karena semua sangat dipantau dan dapat membuat stress”, jelas Myeong.

Sementara itu narasumber kedua, Prof. Changhoon Jung membawakan materi ‘The roles of government policies on the Korean economic development and transformation’. Ia menjelaskan bahwa Korea berhasil melipatgandakan GDP hingga 500x nya dalam 30 tahun ke belakang, dan faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi yang pesat adalah: investasi berkelanjutan pada sumber daya manusia, infrastruktur, birokrasi, stabilitas makroekonomi, ekspor manufaktur melalui kebijakan industri, pertumbuhan yang didorong oleh sektor swasta.

Sedangkan narasumber ketiga, Prof Rafael membawakan materi mengenai kasus bagaimana Detroit dapat mengatasi masalah penurunan pertumbuhan melalui penciptaan ketahanan sosial.

Selanjutnya narasumber keempat, Dr. Nurliah Nurdin, MA. (Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta – Indonesia), membahas tentang Politik Dinasti, Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melaporkan bahwa pada tahun 2020, sekitar 29% kepala daerah (gubernur, bupati, walikota) di Indonesia berasal dari keluarga politik. Pada pemilu 2019, sekitar 17% anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempunyai hubungan dengan mantan politisi, yang menunjukkan adanya kecenderungan keterwakilan politik secara turun-temurun. Dengan tendensi yang kuat tersebut maka negara membutuhkan solusi pencegahan, diantaranya: Memperkuat rekrutmen berbasis prestasi; Memperkuat Pengawasan oleh BKN; Peningkatan kapasitas dan independensi badan-badan ini sangat penting untuk memastikan bahwa proses rekrutmen dan promosi bebas dari campur tangan politik.
Pemantauan dan Transparansi Publik; Penegakan Hukum yang Terdesentralisasi; dan Pemerintah daerah harus lebih bertanggung jawab dalam menerapkan sistem berbasis prestasi.

“Seharusnya Komisi Independen lebih dikuatkan untuk fungsi pengawasan”, jelas Nurliah.

Selanjutnya prof. Battogtokh, Ph.D memaparkan bagaimana Mongolia dengan kekhasannya dapat bertahan di tengah pusaran kekuatan besar, dan bagaimana hubungan kerjasama antara Mongolia dan Indonesia.

Acara diskusi dimoderatori oleh Retnayu Prasetyanti, SAP, MAP, dosen Politeknik STIA LAN Jakarta dengan baik dan interaktif. Secara keseluruhan, acara the 5th ICoGPASS 2024 diikuti oleh sekitar 280 orang peserta sekaligus presenter yang dilakukan secara hybrid.

Penyelenggaraan konferensi internasional ini menjadi salah satu kontribusi Politeknik STIA LAN Jakarta dalam melahirkan ide dan solusi inovatif untuk sektor publik. Seperti yang Politeknik STIA LAN Jakarta yakin, perkembangan ilmu tidak untuk ilmu itu sendiri, melainkan harus berkontribusi dalam mencapai kemaslahatan masyarakat.

Share this:
https://esdm.riau.go.id/web/logs1/