
Jakarta, 26 Agustus 2025 – Upaya memperkuat ketahanan pangan nasional melalui peran aktif perguruan tinggi menjadi sorotan dalam kuliah umum yang digelar Politeknik STIA LAN Jakarta, Selasa (26/8/2025). Dengan mengangkat tema “Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Kebijakan Hilirisasi Ketahanan Pangan Nasional”. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube resmi Politeknik STIA LAN Jakarta.
Kuliah umum ini menghadirkan Menteri Pertanian Republik Indonesia, Dr. Ir. Andi Amran Sulaiman, M.P., untuk memberikan sambutan dan Dr. Ir. Ali Jamil, M.P., Ph.D selaku Sekretaris Jenderal Kementrian Pertanian. Acara dibuka oleh Dr. Andi Taufiq, M.Si Sekretaris Utama Lembaga Administrasi Negara, dengan Moderator Prof. Dr. Nurliah Nurdin, MA, Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta.
Sebanyak 860 orang mengikuti kuliah umum daring melalui Zoom Meeting dan 100 orang melalui YouTube resmi Politeknik STIA LAN Jakarta. Para peserta selain mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta, juga berasal dari Universitas Gunadarma, Universitas Hasanudin, Universitas Mulawarman, Universitas Andalas, STIE Sultan Agung, Universitas Terbuka, Universitas Puangrimag, Universitas Lampung, IPDN, Universitas Halu Oleo, dan lembaga pendidikan lainnya.
Selain itu kuliah umum juga dihadiri peserta dari instansi pemerintah, yaitu: LAN, Kemenhub, LPSK, Mahkamah Konstitusi, Kejaksaan Agung, Dinas TPHP Kab Sarolangun, Bapenda Sumut, Disnak Jatim, Kelurahan Semanan, Barenlitbang Kab Lingga, Kemensos, BPK, DKPP Prov Jabar, Dinas Ketahanan Pangan Barito Selatan, Kemenhut, Pemkab Bogor, Kemenag, Bappeda, Puskodalad, Sudin Gulkarmat Jakpus, Kemenimipas, ANRI, BKN, Kementan, Pemkab Toba, BKPM, Pemkot Surabaya, Pemkot Denpasar, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan Sumut, dll.
Kepada mahasiswa, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman yang baru saja dianugrahi Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Adipurna dari Presiden Prabowo Subianto berpesan untuk memiliki karakter yang kuat dalam bekerja, berjuang, dan mengabdi kepada bangsa dan negara. “Generasi muda harus memiliki mimpi besar, berani mengambil peran, dan konsisten dengan apa yang digelutinya. Kalian harus dapat merubah mind set untuk meraih masa depan gemilang, serta memiliki adab yang baik dalam setiap langkah pengabdian dan perjuangan, jika kita mampu konsisten berjuang, dibarengi dengan keyakinan dan adab kesantunan, maka kita akan berhasil dan sukses atas apapun yang kita cita-citakan”, ujar Amran Sulaiman memberi semangat kepada peserta kuliah umum.
Sementara itu, Ali Jamil memaparkan bahwa, “Ada empat program utama yang jadi fokus Presiden Prabowo. Pertama, swasembada pangan. Kedua, makan bergizi. Ketiga, ketahanan energi berbasis biofuel. Dan keempat, hilirisasi. Empat hal ini adalah strategi besar untuk menjawab tantangan pangan nasional dan membangun kemandirian ekonomi bangsa.”
Pada tahun 2025, pemerintah telah menerbitkan berbagai regulasi untuk memperkuat sektor pangan. Beberapa di antaranya: Perpres 6/2025 tentang tata kelola pupuk bersubsidi, Inpres 2/2025 terkait percepatan pembangunan jaringan irigasi, Inpres 3/2025 tentang pendayagunaan penyuluh pertanian, serta Inpres 6/2025 tentang pengadaan dan pengelolaan gabah/beras. Selain itu, terdapat pula Keppres 19/2025 mengenai pembentukan Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Swasembada Pangan, Energi, dan Air.
Krisis pangan dunia memicu konflik sosial dan politik, dimana pasar biji bijian akan turun, produsen stop ekspor beras, 345 juta jiwa di 10 negara kelaparan, geopolitik Rusia vs Ukraina belum berakhir, harga beras naik, demand naik pasca COVID, dan inflasi pangan tinggi, serta pengaruh el nino merupakan tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh negara manapun di bidang pangan termasuk Indonesia.
“FAO mencatat ada 58 negara yang menghadapi kelaparan serius. Bayangkan, 725 juta orang kekurangan gizi. Di Indonesia sendiri, 7 sampai 16 persen penduduk masih rentan kelaparan. Dan angka stunting kita masih 21,5 persen. Ini adalah alarm yang harus kita jawab bersama-sama,” ucap Ali Jamil.
Meski tantangan begitu besar, Ali Jamil menegaskan Indonesia tidak sekadar bertahan, tetapi juga mampu menunjukkan capaian penting. “Menurut USDA Rice Outlook, Indonesia produsen beras terbesar di ASEAN, mencapai 34,6 juta ton. Bahkan per Juni 2025, stok beras nasional kita sudah 4,2 juta ton—tertinggi sepanjang sejarah sejak 1969. Ini bukti kerja keras petani kita,” ujarnya penuh optimisme.
Tak hanya fokus pada capaian, ia juga mengajak generasi muda ikut terlibat. “Melalui program Petani Milenial, target kita sampai 2029 ada 100 ribu mahasiswa dan anak muda yang terjun ke pertanian. Pendapatannya bukan main, bisa Rp10 sampai 20 juta per bulan. Saat ini sudah ada 1.771 Brigade Pangan dengan lebih dari 26 ribu anggota. Jadi, bertani itu keren, modern, dan menjanjikan,” ujarnya
Sedangkan dalam aspek peran perguruan tinggi, Kementan bersama Kemendikti menyatakan komitmennya untuk berkolaborasi mencapai swasembada pangan. Kolaborasi itu diwujudkan melalui forum diskusi antara Menteri Pertanian, Mendikti, dan para dosen serta peneliti, yang menekankan transformasi pertanian dari tradisional ke modern, pelibatan petani milenial dan Gen Z, hingga pengembangan varietas padi unggul seperti IPB 9G dan inovasi benih unggul lainnya.
Di akhir sesi, Ali Jamil menggarisbawahi pentingnya inovasi benih unggul dan hilirisasi. Saat ini Indonesia mempunyai varietas Inpari, Biosalin, IPB 9G yang bisa hasilkan 9 sampai 11 ton per hektare. Tetapi, kuncinya bukan berhenti di produksi. Hilirisasi adalah jawaban. Hilirisasi lah yang akan mengangkat ekonomi Indonesia. Kuliah umum ini ditutup dengan sesi tanya jawab antara audiens dengan Dr. Ir. Ali Jamil, M.P., Ph.D selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian.


