Kolaborasi adalah faktor determinan yang mendorong keberhasilan tata kelola organisasi. Dalam konteks pendidikan tinggi, kolaborasi antar stakeholder dapat dilakukan melalui model kolaborasi triple helix atau penta helix dimana institusi pendidikan tinggi dapat bekerjasama dengan instansi pemerintah, dunia usaha, masyarakat, alumni dan pengguna lulusan. Pada praktiknya, kolaborasi yang melibatkan lebih banyak pihak melalui multi-sharing atau stakeholder meeting diharapkan dapat mengulas permasalahan yang lebih kompleks dan membawa dampak lebih luas. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Sekretaris Utama Lembaga Administrasi Negara Dra. Reni Suzana, MPPM., dalam sambutannya mewakili Kepala Lembaga Administrasi Negara pada Kegiatan Stakeholder Meeting Politeknik STIA LAN Jakarta. Kegiatan Stakeholder Meeting hari pertama mengangkat tema “Urgensi Tata Kelola Kolaboratif dalam Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Vokasi Politeknik STIA LAN Jakarta” yang diselenggarakan pada hari Rabu, 8 Maret 2023 di ruang Serbaguna Kampus Politeknik STIA LAN Jakarta.
Stakeholder meeting Politeknik STIA LAN Jakarta berlangsung selama dua hari, yaitu pada tanggal 8 – 9 Maret 2023.
Hadir sebagai Narasumber pada kegiatan ini yaitu Deputi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK, Prof. Dr. Warsito, S.Si, DEA, Ph.D., Deputi Bidang Kebijakan Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara LAN RI, Dr. Muhammad Taufiq, DEA., Dr. Young Hoon Ahn dari Korea Selatan, dan Nunung Martina, S.T., M.Si., dari Direktorat Jenderal Vokasi Kemenristekdikbud.
Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta Prof. Dr. Nurliah Nurdin, MA mengatakan bahwa kegiatan stakeholder meeting menjadi salah satu agenda penting yang rutin diselenggarakan Politeknik STIA LAN. Beberapa hal krusial yang menjadi fokus utama dalam forum stakeholder meeting ini adalah urgensi peran alumni dalam pengembangan perguruan tinggi, tracer study bagi perguruan tnggi, dan peningkatan kualitas profil lulusan Politeknik STIA LAN Jakarta, potensi penyerapan tenaga kerja di sektor birokrasi maupun industri, Strategi untuk PT Vokasi di bawah PTKL dalam mencetak profil lulusan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi publik, serta urgensi sertifikasi kompetensi dalam konteks persaingan kerja di lingkungan organisasi publik dan dunia industri.
Dalam paparannya, Prof. Warsito mengingatkan pentingnya perguruan tinggi memiliki standar mutunya sendiri dalam mengejar indikator lulusan dalam Perpres Perguruan Tingggi Vokasi, yaitu kompeten, produktif, dan berdaya saing. Prof. Warsito juga mengingatkan Politeknik STIA LAN LAN Jakarta untuk melakukan familiarisasi terhadap pendidikan seperti pada kampus di bawah Kemenristekdikbud.
Narasumber selanjutnya Dr. Muhammad Taufiq, DEA., menyarankan akan pentingnya perubahan culture set, skill set, dan mindset sebagai bentuk penguatan Politeknik STIA LAN Jakarta. Demikian pula Prof. Young Hoon Ahn memberikan materi terkait gambaran pendidikan tinggi kedinasan dan lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) bagi Aparatur Sipil Negara di berbagai negara seperti Perancis, Inggris, dan Korea Selatan. Adapun narasumber terakhir yaitu Nunung Martina memberikan saran kepada Politeknik STIA LAN Jakarta agar memiliki ciri khas atau x-factor.
Kegiatan Stakeholder Meeting hari pertama ini diakhiri dengan penandatanganan komitmen oleh Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta Prof. Nurliah Nurdin, MA., dan Deputi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK, Prof. Dr. Warsito, S.Si, DEA, Ph.D.