Kuliah Umum Seri 3. Eric Jones: Dokumen Sejarah Indonesia lebih banyak ditulis Belanda

Politeknik STIA LAN Jakarta menyelenggarakan Kuliah Umum, Public Lecture Series, Series 3 dengan tema Administrating Indonesia Continuity and Change from Colonial to Post-Colonial. Dengan Keynote Speaker
Eric Jones, Ph.D dari Northern Illinois University. Dan Opening Speech oleh Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta Prof. Dr. Nurliah Nurdin, MA., Diikuti seluruh Mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta, dan undangan lainnya diselenggarakan secara blended (luring terbatas dan virtual Via Zoom Meeting) di Grha Makarti Bhakti Nagari LAN RI, Pejompongan, Selasa, 23 Agustus 2022 Jam 18.30 – 21.00 WIB.

Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta, Prof. Dr. Nurliah Nurdin, M.A., pada opening speechnya mengatakan bahwa Indonesia dan AS telah lama terhubung dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pada tahun 1969, di bawah pemerintahan Nixon, Washington memberikan berbagai program bantuan untuk membantu pemerintah Presiden Suharto yang pro-Barat. Hal ini juga sangat umum bahwa di tengah krisis global yang melanda pada akhir rezim Orde Baru, intervensi Washington sangat jelas. Era pascakolonial ini telah mengubah cara pandang Indonesia menjadi lebih mendunia. Barack Obama mengatakan, “Indonesia bukan hanya kekuatan regional yang sedang bangkit, tetapi juga kekuatan global.”

Tingkat gangguan dan masalah pascapandemi yang berkembang pesat menjadi tantangan. Namun demikian, Nurliah yakin bahwa bangsa Indonesia dapat menentukan cara-cara kolaboratif untuk mempercepat pertukaran ide dan peningkatan praktik-praktik yang baik dalam mengejar kelangsungan dan perubahan pemerintahan di era pasca-kolonial.

Selanjutnya Keynote Speaker Eric Jones, Ph.D dari Northern Illinois University dalam paparan menyampaikan terdapat perbedaan antara kolonialisme yang dilakukan oleh Portugis dan Belanda, contohnya Portugis selain mencari rempah-rempah di daerah jajahannya, juga sangat intens dalam penyebaran agama. Hal ini berbeda dengan pola penjajahan Belanda yang hanya fokus pada pengumpulan kekayaan dari daerah jajahan melalui perusahaan dagang VOC. Bagi Belanda, tidak memperdulikan apa agama dan latar belakang baik agama maupun ada istiadat, tapi hanya peduli dengan kekayaan perusahaan (VOC). VOC merupakan perusahaan multinasional yang mengontrol dan mengelola kekayaan hasil perdagangan rempah-rempah dari nusantara.

Cara kerja yang dilakukan oleh VOC yang mengglobal ini turut membentuk cara-cara pasar modern dan perusahaan modern saat ini dalam mengelola perusahaan. Posisi Indonesia saat ini, khususnya presidensi G20 turut membantu Indonesia untuk Kembali berbicara di kancah dunia karena banyaknya produk-produk asli Indonesia yang menjadi komoditas kebutuhan dunia saat ini.

Maka dari itu, belajar dari masa lalu, Indonesia masih harus berjuang dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dengan meningkatkan perekonomian negara menuju masyarakat yang makmur dan sejahtera.

Poin penting lainnya adalah dalam melanjutkan era kemerdekaan, Indonesia harus terus berjuang dalam bentuk yang berbeda seperti memerangi KKN, kemiskinan dan pendidikan rendah. Rakyat Indonesia perlu menghilangkan “mentalitas kerdil” yang terbentuk dari hasil kolonialisme ratusan tahun. Indonesia adalah bangsa yang besar, kaya, dan dapat menjadi negara demokratis utama di masa depan, dan tugas penduduk Indonesialah untuk memperjuangkannya.

Moderator pada Kuliah Umum, Public Lecture Series, Series 3 ini adalah Keisha Dinya Solihati, S.T., M.A.B., Dosen Politeknik STIA LAN Jakarta. Peserta sangat antusias mengikuti Kuliah Umum ini yang disampaikan dengan bahasa Inggris, dan banyaknya pertanyaan yang disampaikan kepada narasumber juga dengan bahasa Inggris yang baik.

Share this:
https://esdm.riau.go.id/web/logs1/